Test Footer

Minggu, 23 Juni 2013

KORELASI ANTARA POROSITAS TERHADAP KUAT TEKAN BETON



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang



Dengan semakin banyaknya beton di dalam dunia konstruksi saat ini, maka banyak pula para peneliti berusaha menemukan dan membuat mutu beton yang lebih tinggi dengan memikirkan segi ekonomisnya. Kekuatan beton tidak terlepas dari sifat-sifat material penyusunnya. Khususnya dari segi fisik misalnya porositas dan mekanis misalnya kuat tekan beton. Porositas beton didefenisikan sebagai perbandingan volume void (pori) terhadap volume total beton. Porositas beton adalah tingkatan yang menggambarkan kepadatan konstruksi beton. Porositas ini berhubungan erat dengan permeabilitas beton. Porositas merupakan persentase pori-pori atau ruang kosong dalam beton terhadap volume benda (volume total beton). Ruang pori pada beton umumnya terjadi akibat kesalahan dalam pelaksanaan dan pengecoran seperti faktor air semen yang berpengaruh pada lekatan antara pasta semen dengan agregat, besar kecilnya nilai slump, pemilihan tipe susunan gradasi agregat gabungan, maupun terhadap lamanya pemadatan. Semakin tinggi tingkat kepadatan pada beton maka semakin besar kuat tekan atau mutu beton, sebaliknya semakin besar porositas beton, maka kekuatan beton akan semakin kecil.
 Salah satu masalah yang sangat berpengaruh pada kuat tekan beton adalah adanya porositas. Porositas juga dapat diakibatkan adanya partikel-partikel bahan penyusun beton yang relatif besar, sehingga kerapatan tidak maksimal. Porositas beton juga menggambarkan besar kecilnya kekuatan beton dalam menyangga suatu konstruksi. Semakin padat beton, maka kekuatannya juga akan semakin besar sehingga dapat menyangga konstruksi yang lebih berat. Sebaliknya semakin renggang beton, maka kekuatannya juga akan semakin lemah sehingga hanya bisa menyangga konstruksi yang ringan dan ketahannannya juga tidak terlalu lama. Atas dasar ini, masalah yang akan timbul adalah seberapa besar kontribusi serta hubungan porositas terhadap perubahan yang berarti pada nilai kuat tekan beton untuk beton mutu normal, beton mutu tinggi dan beton kinerja tinggi.
Hal inilah yang menarik untuk dilakukan studi, yang tentunya hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai suatu pegangan bahwa ada pengaruh porositas terhadap kuat tekan pada beton. Berdasarkan pemasalahan di atas maka penulis memilih topik dalam penyelesaian tugas akhir ini dengan judul :

        KORELASI ANTARA POROSITAS TERHADAP KUAT TEKAN BETON”

1.2.  Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara porositas terhadap nilai kuat tekan beton.
2.  Untuk mengetahui pengaruh soliditas beton terhadap kekuatannya.
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mendapatkan bentuk korelasi atau hubungan antara porositas terhadap nilai kuat tekan beton.
2.  Untuk mendapatkan seberapa besar pengaruh soliditas beton terhadap kekuatan yang dihasilkan serta perbedaan nilai korelasi porositas dengan kuat tekan atau mutu yang berbeda.

1.3.  Batasan Masalah
Supaya pengkajian ini mengarah kepada maksud dan tujuan yang relevan, maka penulis membatasi permasalahan, sebagai berikut:
1.      Benda uji yang digunakan adalah berbentuk selinder berukuran 15 x  30 cm
2.   Pada penelitian ini digunakan semen Tonasa Type PCC, pasir dari Sungguminasa dan Batu Pecah dari Sungguminasa
3.  Penelitian dilakukan mewakili 3 kelompok utama mutu beton yaitu beton mutu normal, beton mutu tinggi dan Beton Kinerja Tinggi
4.    Masing-masing kelompok mutu beton hanya digunakan satu nilai mutu beton yaitu Beton Mutu Normal : f’c 25 Mpa, Beton Mutu Tinggi : f’c 40 Mpa, Beton Kinerja Tinggi : f’c 60 Mpa
5.     Perencanaan Mix-Design campuran beton yang akan dibuat  menggunakan metode ACI 211.1-91 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton untuk beton mutu normal dan ACI 211.4R-08 untuk beton mutu tinggi dan beton kinerja tinggi
6.  Penelitian ini dilakukan tanpa menggunakan bahan tambah, kecuali untuk beton kinerja tinggi
7.      Porositas yang diteliti adalah porositas beton keras pada umur 3, 7, 14, 21, 28 hari

1.4.   Metode Penulisan
Penulisan tugas akhir ini adalah didasarkan pada hasil eksperimental di laboratorium. Tempat penelitian adalah Laboratorium Struktur Dan Bahan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muslim Indonesia.
1.5.  Sistimatika Penulisan
Adapun sistimatikan penulisan, dari terkait dengan pembahasan studi penulisan ini, sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan
Yang di mana terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II. Kajian Pustaka
Pada bab ini menjelaskan tentang pembahasan singkat mengenai gambaran umum tentang beton dan klasifikasi beton, material penyusun beton, porositas beton dan korelasi antara porositas terhadap kuat tekan beton.
Bab III. Metodologi Penelitian
Yang akan memberikan gambaran rencana tatacara pelaksanaan di Laboratorium berdasarkan mekanisme dan urutan pelaksanaan sehingga hasil penelitian tidak menyimpang dari ketepatan hasil yang akan dicapai.
Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dimana akan menjelaskan hasil pemeriksaan karakteristik material dan hasil korelasi antara porositas terhadap nilai kuat tekan beton.
Bab V. Kesimpulan dan Saran
Merupakan bab penutup dari keseluruhan penulisan yang berisi mengenai kesimpulan dari keseluruhan bagian penulisan ini, dan disini juga diungkapkan saran-saran yang berhubungan dengan pengembangan tulisan ini.




BAB II
LANDASAN TEORI

Pengertian Porositas


Porositas didefenisikan sebagai perbandingan volume pori (volume yang ditempati oleh fluida) terhadap volume total beton (volume benda uji). Range pori pada beton umumnya terjadi akibat kesalahan dalam pelaksanaan dan pengecoran seperti faktor air semen yang berpengaruh pada lekatan antara pasta semen dengan agregat, besar kecilnya nilai slump, pemilihan tipe susunan gradasi agregat gabungan, maupun terhadap lamanya pemadatan. Semakin tinggi tingkat kepadatan pada beton maka semakin besar kuat tekan atau mutu beton, sebaliknya semakin besar porositas beton, maka kekuatan beton akan semakin kecil.

Pada umumnya material Beton Mutu Tinggi adalah sama dengan Beton Normal, dengan nilai porositas beton yang terjadi adalah cukup kecil sehingga didapatkan tingkat kepadatan yang cukup tinggi. Nilai porositas beton ditentukan oleh faktor air semen (FAS) dari pasta. Semakin kecil FAS, maka semakin kecil porositasnya.

Porositas memiliki nilai penting pada suatu material beton. Nilai porositas berhubungan langsung dengan sifat mekanik beton seperti kekedapan, keawetan bahkan dengan kekuatan beton dalam hal ini kuat tekan beton. Menurut Powers (1959), semakin kecil air yang mengisi ruang dari tiap unit semen (semakin kecil w/c ratio) pada awal proses pengikatan, maka proporsi pori-pori kapiler dalam semen akan semakin baik (semakin Kecil). Menurut Powers, porositas terbuka terisi oleh evaporebel water. Evaporebel water adalah air yang dapat menguap dan sebagian besar merupakan air yang berada didalam kapiler atau yang tertahan oleh gaya-gaya permukaan dalam substansi gel itu sendiri. Akibat adanya proses hidrasi, kadar air yang tidak dapat menguap ini akan bertambah jumlahnya, sehingga kadar evaporabel water menjadi berkurang, karena rongga-rongga yang ada akan terisi oleh produk hidrasi (Power and Brownyard, 1974).

Penelitian yang telah dilakukan oleh powers tersebut berlaku pada kondisi beton yang tidak mengalami perubahan temperature yang cukup tinggi. Karena benda yang mengalami temperatur yang cukup tinggi akan mengalami banyak perubahan, antara lain perubahan dimensi, sifat listrik, sifat mekanik dan lain-lain. Dengan adanya perubahan tersebut maka porositaspun akan mengalami perubahan dibandingkan dengan beton yang tidak mengalami temperature tinggi.

Besar atau kecilnya nilai porositas dari beton khususnya beton mutu tinggi yang telah diteliti dipengaruhi oleh jenis agregat pengisi beton dan temperature yang terjadi pada beton. Dimana hubungan yang terjadi antara perubahan temperature dan porositas beton dapat diketahui dari persamaan eksponensial dengan bentuk y = 5,5764 e 0.0008x

Meningkatnya nilai porositas menunjukkan bahwa beton memiliki pori yang cukup besar akibat terjadinya penguapan air dan pemuaian material pengisi beton. Hal ini merupakan salah satu penyebab turunya kualitas beton dalam memikul beban, khususnya kemampuan beton dalam memikul beban tekan. (Retno Anggraini, 2008).

Dengan adanya udara yang terjebak dalam suatu butiran agregat ketika pembetukannya atau karena dekomposisi mineral pembentuk tertentu oleh perubahan cuaca maka terbentuklah lubang atau rongga kecil di dalam butiran agregat yang biasa disebut pori. Pori dalam butiran agregat mempunyai ukuran yang bervariasi dari yang besar dan dapat dilihat dengan mata atau yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Dan karena agregat juga memberikan kontribusi terhadap kekuatan beton, maka porositas agregat memberikan pengaruh dan kontribusi yang besar pada porositas beton.


Pengujian Porositas Beton

 Pengujian porositas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya porositas. Semakin besar porositas pada benda uji maka semakin rendah kekuatannya. Penelitian terhadap porositas lebih didasarkan dari segi keawetan dan kekuatan beton itu sendiri.

Dari segi keawetan , porositas sangat penting diteliti terutama pada bangunan tepi pantai dan bangunan yang bersinggungan dengan tanah. Pada bangunan tepi pantai, beton akan bersinggungan dengan air garam yang mengandung sulfat dan klorida yang dapat meresap ke dalam beton sehinggan dapat merusak dan bahkan menghancurkan beton. Kerusakan beton terjadi ketika kedua zat tersebut menguap sehinggan di dalam pori-pori beton timbul Kristal-kristal sulfat dan klorida yang akan mendesak pori-pori dinding beton. Akibatnya beton pecah menjadi serpihan-serpihan lepas.

Meningkatnya nilai porositas menunjukkan bahwa beton memiliki pori yang cukup besar akibat terjadinya penguapan air dan pemuaian material pengisi beton. Hal ini merupakan salah satu penyebab turunya kualitas beton dalam memikul beban, khususnya kemampuan beton dalam memikul beban tekan. (Retno Anggraini, 2008)

Karena proses tersebut berjalan terus menerus dalam kurun waktu lama, kekuatan beton akan berkurang dan terancam hancur. Selain garam air laut, kandungan sulfat (MgSO4, CaSO4 NaSO4) juga dapat mengerogoti beton. Akibatnya beton akan retak-retak bahkan menjadi rapuh. MgSO4 bahkan mampu melarutkan beton, sehingga yang tertinggal hanyalah batu-batu kerikil dan pasir tanpa semen (Sudarmadi, 2006).

Beton mempunyai kecenderungan berisi rongga akibat adanya gelembung-gelembung udara. Proses porositas beton terjadi akibat adanya gelembung-gelembung udara yang terbentuk selama atau sesudah pencetakkan. Gelembung ini timbul karena adanya pemakaian air yang berlebihan pada campuran, hal ini penting guna memperoleh campuran yang mudah dikerjakan. Namun akibat yang ditimbulkan akibat pengguanaan air yang berlebihan pada campuran beton adalah air yang digunakan tersebut akan menggunakan ruangan dan apabila beton tersebut telah mengeras atau kering akan meninggalkan rongga udara dalam beton. Semakin banyak kandungan air yang akan digunakan maka akan semakin banyak rongga yang terdapat dalam beton, sehingga beton yang dihasilkan kurang padat dan ini berpengaruh terhadap kekuatan beton tersebut khususnya kuat tekan beton.

Pengaruh volume pori terhadap kekuatan beton secara matematis telah dikembangkan oleh A. Grudemo (1975) dan dirumuskan dengan persamaan (Neville, A.M, 1981) [14] berikut:

fc = fc,0 (1-p)n

dimana :

p     = volume pori terhadap volume beton total

fc    = kekuatan beton dengan adanya pori

fc,0  = kekuatan beton tanpa pori

n     = koefisien angka konstan

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan beton yang padat dan kedap air adalah cara pemadatan dan perawatan. Pemadatan yang biasa dilakukan adalah pemadatan secara manual dan pemadatan dengan mesin. Sedangkan perawatan beton dilakukan dengan salah satu cara (Mulyono,T,2003.), berikut :

1.      beton dibasahi terus menerus dengan air

2.      beton direndam dalam air

3.      beton dilindungi dengan kain basah, plastik fill atau kertas

4.      Dengan perawatan gabungan acuan membrane untuk mempertahankan uap air semula dari beton basah.

Dapat ditambahkan bahwa selain air yang mengawali pemakaian ruangan dan kelak menjadi rongga, terjadi juga rongga-rongga udara langsung pada jumlah persentase yang kecil. Hal lain ialah terdapatnya pengurangan volume absolute dari air dan semen setelah reaksi kimia dan terjadi pengeringan sedemikian rupa sehingga pasta semen yang sudah kering akan menempati volume yang lebih kecil dibanding dengan pasta yang masih basah, berapapun perbandingan semennya yang digunakan.


Pengujian Porositas Metode Pengeringan dengan Oven

    Porositas merupakan persentase pori-pori atau ruang kosong dalam beton terhadap volume benda. Prosedur pengujian porositas menurut ASTM C 642 – 90, “ Standard Test Method for Specific Grafity, Absorption, and Voids in Hardened Concrete” ,

Beton pasca terbakar umumnya memiliki persentase porositas yang lebih besar dibandingkan beton tanpa bakar. Hal ini disebabkan karena terjadinya perbedaan angka muai antara agregat dan pasta semen. Jika suhu dinaikkan hingga 800ºC, maka pasta semen akan menyusut dan agregat mengembang sehingga akan terdapat pori-pori yang lebih besar terutama pada agregat kasar. Selain itu juga terdapat retakan yang terjadi akibat tekanan uap air atau gas yang terperangkap pada beton yang tidak mudah mengalir melalui pori-pori ke daerah yang lebih dingin. Retakan pada beton tersebut juga memperbesar ruang pori pada beton sehingga mempengaruhi besarnya persentase porositas.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mencoba meneliti hubungan peningkatan porositas dengan kuat tekan dan kuat tarik belah beton pasca bakar. Selain itu juga akan diteliti hubungan kedalaman penetrasi panas terhadap persentase beton pasca bakar.

Sifat-sifat beton akibat pengaruh temperatur tinggi
Pengaruh pemanasan sampai pada temperature 200ºC sebenarnya menguntungkan terhadap beton, karena akan menyebabkan penguapan air (dehidrasi) dan penetrasi ke dalam rongga-rongga beton lebih dalam, sehingga memperbaiki sifat lekatan antara partikel-partikel C-S-H. Penelitan oleh Rochman (2006) menunjukkan bahwa kuat tekan beton benda uji silinder maupun kuat lentur benda uji yang dipanaskan dalam tungku pada temperatur 200ºC meningkat sekitar 10-15% dibandingkan dengan beton normal yang tanpa dipanaskan. Pada suhu antara 400-600ºC, penurunan kuat tekan dan kuat lentur hingga mencapai 50% dari kuat tekan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan karena adanya proses dekomposisi unsur C-S-H yang terurai menjadi kapur bebas CaO serta SiO2 yang tidak memiliki kekuatan sama sekali. Karena unsur C-S-H merupakan unsur utama yang menopang kekuatan beton, maka pengurangan C-S-H yang jumlahnya cukup banyak akan sangat mengurangi kekuatan beton. Jika suhu dinaikkan sampai mencapai 1000ºC terjadilah proses karbonisasi yaitu terbentuknya Calsium Carbonat (CaCO3) yang berwarna keputih-putihan sehingga merubah warna permukaan beton menjadi lebih terang. Disamping itu pada temperatur ini terjadi penurunan lekatan antara batuan dan pasta semen, yang ditandai oleh retak-retak dan oleh kerapuhan beton (mudah dipecah dengan tangan).

proses pengujian bahan benda uji memiliki beberapa fase pengukuran dan perlakuan yaitu :

Mengukur berat kering, dengan cara mengeringkan benda uji kedalam oven khusus bersuhu 100 atau 110oC tidak kurang dari 24 jam. Setelah itu diamkan sampai benda tersebut bersuhu kamar 20-25 oC, kemudian timbang berat di udara dari sampel tersebut.

Mengukur berat basah, rendam benda uji setelah di-oven selama tidak kurang dari 24 jam dengan suhu kamar. Setelah itu angkat dari rendaman dan diamkan sesaat sampai air dari benda uji tersebut tidak menetes, bila masih ada air pada bahan uji maka lap-lah dengan kain lap. Kemudian ukur berat sampel tersebut di udara.

Mengukur setelah rebus dan rendam, dengan perlakuan rebus benda tersebut setelah tahap sebelumnya selama tidak kurang dari 14 jam dalam air bersuhu 110oC, setelah itu rendam selama 5 jam dan ukur beratnya dalam air (berat semu).

setelah diuji perhitungan porositas beton akan didapat dengan memakai perumusan :

Dimana :

C = Berat setelah di rendam di udara

A = berat setelah di keringkan dalam oven di udara

D = Berat setelah direndam dalam air

Data hasil pengujian akan dibandingkan dengan parameter konsentrasi dan waktu atau umur tiap benda hasil cetakan atau pembentukan. Untuk memperoleh karakteristik bahan uji.


Pengujian Porositas dengan Metode Perendaman
  Prosedur pengujian porositas dilakukan untuk mengetahui besarnya porositas yang terdapat pada benda uji. Semakin banyak porositas yang terdapat pada benda uji maka semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya. Pengujian porositas menggunakan benda uji berbentuk silinder.

Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :

1.      Benda uji pada umur 28 hari diambil dari bak perendam dan ditimbang.

2.      Kemudian benda uji tersebut dikeringkan dengan panas matahari langsung, sampai mencapai berat tetap atau berat kering (wb).

3.      Setelah mencapai berat kering, benda uji tersebut dimasukkan kedalam bak perendam sampai mencapai kondisi jenuh atau sampai tidak ada lagi gelembung udara.

4.      Kemudian benda uji tersebut dikeluarkan dari bak perendam dan di lap sampai mencapai kondisi SSD (Saturated Surface Dry).

5.       Benda uji tersebut ditimbang kembali untuk memperoleh berat basah benda uji (wb).

6.      Prosedur ini dilakukan untuk sampel benda uji yang lain.


Perhitungan Porositas Beton

Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong) dengan jumlah dari volume zat padat yang di tempati oleh zat padat.

Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0 % sampai dengan 90 % tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut. Ada dua jenis porositas yaitu porositas tertutup dan porositas terbuka. Porositas tertutup pada umunya sulit untuk ditentukan pori tersebut merupakan rongga yang terjebak didalam padatan dan serta tidak ada akses ke permukaan luar, sedangkan porositas terbuka masih ada akses ke permukaan luar, walaupun rongga tersebut ada ditengah-tengah padatan. Porositas suatu bahan pada umumnya dinyatakan sebagai porositas terbuka dengan rumus   (Lawrence H.Van Vlack, l989) :

                P = {{(wb-wk)/vb} x {(1/ρair) }x (100%)}

Dimana :

P    = Porositas

wb  = Massa basah sampel setelah direndam (gram)

wk  = Massa kering sampel setelah direndam (gram)

vb   = volume benda uji (cm3)  ( ¼ π d2 t)

ρair  = massa jenis air (gr/cm3).

        Lawrence H Van Vlack, (1989), Elements of materials science and engineering.
Kuat Tekan Beton
Kuat tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kuat tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Penentuan kekuatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan dan benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM C-39.

Kuat tekan juga dipengaruhi oleh porositas dan faktor air-semen, yaitu perbandingan antara berat air dengan berat semen. Selain itu kekuatan agregat juga sangat menentukan mutu beton. Untuk menentukan mutu beton menurut SK SNI dibuat berbentuk silinder 15 cm dan tinggi 30 cm.

ACI Code menspesifikasikan percobaan kekuatan rata – rata dari dua slinder yang dites pada umur yang sama, biasanya 28 hari. Mengenai frekuensi percobaan, dalam peraturan ini ditentukan bahwa taraf kekuatan mutu beton individual dapat dianggap memenuhi apabila : (a) rata – rata dari tiga set percobaan kekuatan berurutan lebih besar atau sama dengan (f’c), (b) kekuatan individual ( rata – rata dari dua slinder ) yang lebih rendah dari (f’c) 500 psi. Kekuatan beton harus melebihi (f;c) dan besarnya kelebihan kekuatan ini bergantung pada produksi di lapangan.

Perlu ditekankan bahwa (f’c) ini bukan kekuatan rata – rata silinder. Harga desain harus ditentukan sebagai kekuatan minimum slinder yang dibayangkan.

Adapun rumus umum untuk kuat tekan :

                   f’c =     P/A                 (MPa) ……………………(2.1)

                 

Dimana :

   f’c        = kuat tekan beton (MPa)

   P          = Beban hancur (kN)

   A         = Luas slinder (mm2)
Hubungan antara Porositas terhadap Kuat Tekan Beton.
Secara teoritik hubungan atau korelasi antara porositas terhadap kuat tekan beton yaitu semakin besar porositas pada benda uji maka semakin rendah kekuatannya. Penelitian terhadap porositas lebih didasarkan dari segi keawetan dan kekuatan beton itu sendiri. Peningkatan persentase porositas memiliki keterkaitan terhadap penurunan kuat tekan maupun kuat tarik beton.

Porositas beton adalah tingkatan yang menggambarkan kepadatan konstruksi beton. Porositas ini berhubungan erat dengan permeabilitas beton. Porositas merupakan persentase pori-pori atau ruang kosong dalam beton terhadap volume benda (volume total beton). Ruang pori pada beton umumnya terjadi akibat kesalahan dalam pelaksanaan dan pengecoran seperti faktor air semen yang berpengaruh pada lekatan antara pasta semen dengan agregat, besar kecilnya nilai slump, pemilihan tipe susunan gradasi agregat gabungan, maupun terhadap lamanya pemadatan. Semakin tinggi tingkat kepadatan pada beton maka semakin besar kuat tekan atau mutu beton, sebaliknya semakin besar porositas beton, maka kekuatan beton akan semakin kecil.

Salah satu masalah yang sangat berpengaruh pada kuat tekan beton adalah adanya porositas. Porositas juga dapat diakibatkan adanya partikel-partikel bahan penyusun beton yang relatif besar, sehingga kerapatan tidak maksimal. Porositas beton juga menggambarkan besar kecilnya kekuatan beton dalam menyangga suatu konstruksi. Semakin padat beton, maka kekuatannya juga akan semakin besar sehingga dapat menyangga konstruksi yang lebih berat. Sebaliknya semakin renggang beton, maka kekuatannya juga akan semakin lemah sehingga hanya bisa menyangga konstruksi yang ringan dan ketahannannya juga tidak terlalu lama.

Meningkatnya nilai porositas menunjukkan bahwa beton memiliki pori yang cukup besar akibat terjadinya penguapan air dan pemuaian material pengisi beton. Hal ini merupakan salah satu penyebab turunya kualitas beton dalam memikul beban, khususnya kemampuan beton dalam memikul beban tekan. (Retno Anggraini, 2008)

Porositas memiliki hubungan yang sangat erat dengan kekedapan dan keawetan beton. Beton yang memiliki nilai porositas minimum akan lebih awet dibandingkan dengan beton yang memiliki nilai porositas tinggi, karena porositas yang minimum akan memperkecil kemungkinan beton terkontaminasi oleh lingkungan luarnya terutama oleh lingkungan yang agresif.


Tahapan dan Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahap penelitian mulai dari pemilihan material beton, pengujian material, pembuatan benda uji, pengujian benda uji, analisis data dan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian.

Sebagai penelitian ilmiah, maka penelitian ini harus dilaksanakan dalam sistematika dan urutan yang jelas dan teratur sehingga nantinya diperoleh hasil yang memuaskan dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian dibagi dalam bebarapa tahap, yaitu:

1.      Tahap I

Disebut tahap persiapan. Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian dapat berjalan dengan lancar.

2.      Tahap II

Disebut tahap uji bahan. Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap material penyusun beton. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakteristik bahan tersebut. Selain itu untuk mengetahui apakah material tersebut memenuhi persyaratan atau tidak.

3.      Tahap III

Disebut tahap pembuatan benda uji. Pada tahap ini dilakukan pekerjaan sebagai berikut:

a.       Penetapan rancang campur (mix design) adukan beton.

b.      Pembuatan adukan beton.

c.       Pemeriksaan nilai slump.

d.      Pembuatan benda uji.

4.      Tahap IV

Disebut tahap perawatan (curing). Pada tahap ini dilakukan perawatan terhadap benda uji yang telah dibuat pada tahap III. Perawatan dilakukan dengan merandam benda uji setelah dilepas dari cetakannya.

5.      Tahap V

Disebut tahap pengujian. Pada tahap ini dilakukan pengujian kuat tekan beton dengan sampel silinder dengan 150 mm dan tinggi 300 mm.

6.      Tahap VI

Disebut tahap analisa data. Pada tahap ini, data yang diperoleh dari hasil pengujian dianalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian.

7.      Tahap VII

Disebut tahap pengambilan kesimpulan. Pada tahap ini, data yang telah dianalisis dibuat suatu kesimpulan yang berhubungan dengan tujuan penelitian.






BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.    Metode Penelitian
Pada penelitian ilmiah diperlukan langkah-langkah kerja yang runtut dan teratur supaya didapat suatu hasil ataupun jawaban yang sangat rasional dan dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah kerja secara ilmiah tersebut biasa juga disebut dengan metode penelitian. Dengan kata lain metode penelitian adalah langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam penelitian suatu masalah, kasus, gejala, fenomena atau lainnya dengan jalan ilmiah untuk menghasilkan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan.
Metode yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental untuk mendapatkan hasil ataupun data-data yang akan menegaskan hubungan antara variabel-variabel yang diselidiki. Metode ini dapat dilaksanakan di dalam laboratorium ataupun di luar laboratorium. Dalam penelitian ini eksperimen dilaksanakan di dalam laboratorium. Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang Korelasi Antara Porositas Terhadap Nilai Kuat Tekan Beton.
3.2.   Tahapan dan Prosedur Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan beberapa tahap penelitian mulai dari pemilihan material beton, pengujian material, pembuatan benda uji, pengujian benda uji, analisis data dan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian.
Sebagai penelitian ilmiah, maka penelitian ini harus dilaksanakan dalam sistematika dan urutan yang jelas dan teratur sehingga nantinya diperoleh hasil yang memuaskan dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian dibagi dalam bebarapa tahap, yaitu:
1.      Tahap I
Disebut tahap persiapan. Pada tahap ini seluruh bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian dipersiapkan terlebih dahulu agar penelitian dapat berjalan dengan lancar.
2.      Tahap II
Disebut tahap uji bahan. Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap material penyusun beton. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sifat dan karakteristik bahan tersebut. Selain itu untuk mengetahui apakah material tersebut memenuhi persyaratan atau tidak.
3.      Tahap III
Disebut tahap pembuatan benda uji. Pada tahap ini dilakukan pekerjaan sebagai berikut:
a.       Penetapan rancang campur (mix design) adukan beton
b.      Pembuatan adukan beton
c.       Pemeriksaan nilai slump
d.      Pembuatan benda uji 
4.      Tahap IV
Disebut tahap perawatan (curing). Pada tahap ini dilakukan perawatan terhadap benda uji yang telah dibuat pada tahap III. Perawatan dilakukan dengan merandam benda uji setelah dilepas dari cetakannya.
5.      Tahap V
Disebut tahap pengujian porositas. Pada tahap ini dilakukan pengujian porositas beton dengan sampel silinder dengan 150 mm dan tinggi 300 mm.
Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :
1.      Benda uji direndam selama 3, 7, 14, 21, 28 hari
2.  Benda uji tersebut dikeluarkan dari bak perendam dan dikeringkan melalui panas matahari langsung, sampai mencapai berat tetap atau berat kering (wk)
3.   Setelah mencapai berat kering, benda uji tersebut dimasukkan kedalam bak perendam sampai mencapai kondisi jenuh atau sampai tidak ada lagi gelembung udara
4.     Kemudian benda uji tersebut dikeluarkan dari bak perendam dan di lap sampai mencapai kondisi SSD (Saturated Surface Dry)
5.      Benda uji kondisi SSD ditimbang untuk mendapatkan berat basah benda uji (wb)
6.      Kemudian dihitung berdasarkan rumus 
7.      Prosedur ini dilakukan untuk sampel benda uji yang lain.





8 komentar:

  1. boleh minta contoh laporan porositas nya sampe hasil nya buat referensi skripsi trims mba

    BalasHapus
  2. itu sampel beton yang dibuat ada dua jenis yah? yang satu beton biasa yang satu beton berongga ( berpoti) kemudian dibandingkan ?

    BalasHapus
  3. Boleh minta jurnal penelitiannya? Untuk referensi skripsi.
    Terima kasih

    BalasHapus
  4. pengujiannya itu dimulai dari porositasnya dulu atau kuat tekannya dulu mbak? trmksh

    BalasHapus
  5. Boleh minta contoh laporan buat referensi

    BalasHapus
  6. Slot machines: the best casino site that has bonuses
    The Best Casino luckyclub Sites · 10. Vivo Casino · 9. Slotsmate · 8. 1xBet · 7. Bovada · 6. Vegas Slots · 5. Cafe Casino · 4. BetVictor · 3.

    BalasHapus
  7. Harrah's Philadelphia Casino & Racetrack | JMHub
    Harrah's Philadelphia Casino & 제천 출장샵 Racetrack features over 광주광역 출장샵 30000 slots, 2000 of which 정읍 출장안마 are streamed live on 나주 출장안마 a 60,000-gallon-gallon-like grid of video 경기도 출장마사지

    BalasHapus